
mengajarmerdeka.id – Modul Ajar TK Kurikulum Merdeka adalah perangkat ajar yang dirancang sebagai panduan menyeluruh bagi guru dalam mengelola pembelajaran anak usia dini. Modul ini menjadi pengganti dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang sebelumnya digunakan dalam Kurikulum 2013.
Tidak hanya menggambarkan alur kegiatan pembelajaran, modul ajar juga memuat nilai-nilai penting dari Kurikulum Merdeka, seperti fleksibilitas, kontekstualisasi, dan keberpihakan pada anak.
Berbeda dari format RPP yang kaku, modul ajar dirancang lebih terbuka dan ramah untuk kebutuhan peserta didik usia dini.
Guru dapat menyesuaikan isi modul sesuai dengan karakteristik anak, lingkungan belajar, serta sumber daya yang tersedia.
Filosofi dasar Kurikulum Merdeka adalah kebebasan dalam belajar yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik.
Dalam konteks taman kanak-kanak, filosofi ini diterjemahkan sebagai pembelajaran yang menghargai keunikan setiap anak dan mengutamakan proses daripada hasil.
Anak-anak usia dini dipandang sebagai individu yang aktif dan memiliki potensi berkembang secara alami melalui interaksi dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, pembelajaran TK dalam Kurikulum Merdeka menekankan pada eksplorasi, bermain, dan pengalaman langsung.
Modul ajar terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain:
Setiap komponen disusun secara sistematis agar guru mudah memahami alur kegiatan dan menyesuaikannya dengan kondisi kelas. Komponen ini juga mendukung perencanaan diferensiasi untuk peserta didik yang memiliki kebutuhan berbeda.
Penyusunan modul ajar membutuhkan pemahaman mendalam terhadap CP dan karakteristik anak usia dini. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat diikuti guru:
Setiap kegiatan harus bersifat aktif, eksploratif, dan berbasis pengalaman konkret agar sesuai dengan cara belajar anak usia dini.
Sebuah modul ajar idealnya memiliki format sederhana yang mudah diakses dan diterapkan oleh guru. Berikut ini contoh format dasar:
Komponen | Isi |
---|---|
Tema/Subtema | Diri Sendiri: Anggota Tubuh |
Capaian Pembelajaran | Mengenal bagian-bagian tubuh |
Tujuan | Anak dapat menyebutkan nama bagian tubuh utama |
Langkah Pembelajaran | 1. Menyanyi lagu anggota tubuh 2. Bermain menempel gambar tubuh 3. Diskusi sederhana |
Asesmen | Observasi partisipasi dan jawaban anak |
Alat dan Bahan | Gambar, lagu, lem kertas |
Format ini dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan dan kreativitas guru.
Capaian Pembelajaran untuk jenjang TK dibagi ke dalam dua fase, yakni untuk usia 4–5 tahun dan 5–6 tahun. Setiap fase mencakup perkembangan sosial-emosional, bahasa, kognitif, motorik, dan nilai-nilai karakter.
Contohnya, CP untuk usia 5–6 tahun mencakup kemampuan berinteraksi secara sopan, mengenali huruf, berhitung sederhana, serta mengembangkan imajinasi melalui cerita dan bermain peran.
Modul ajar disusun untuk menjembatani CP tersebut ke dalam aktivitas yang konkret dan menyenangkan.
Pendekatan utama dalam pembelajaran TK adalah bermain. Dalam Kurikulum Merdeka, bermain dianggap sebagai kegiatan belajar yang sangat efektif. Guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan lingkungan belajar yang kaya dan merangsang.
Selain itu, Kurikulum Merdeka mendorong pembelajaran diferensiasi. Artinya, setiap anak dipandang unik dan perlu pendekatan yang sesuai dengan gaya belajarnya.
Asesmen di TK bukan untuk mengukur hasil akhir, melainkan sebagai alat untuk memahami proses perkembangan anak. Teknik asesmen yang umum digunakan adalah:
Guru dapat mencatat perkembangan setiap anak dalam jurnal harian, kemudian menggunakannya sebagai dasar untuk merancang kegiatan selanjutnya.
Salah satu kekuatan dari Kurikulum Merdeka adalah dorongan untuk menggunakan sumber daya lokal dalam pembelajaran.
Guru dianjurkan untuk mengintegrasikan lingkungan sekitar sebagai bagian dari proses belajar. Misalnya, kegiatan mengenal alam dapat dilakukan dengan berjalan-jalan di sekitar sekolah, mengamati pohon, bunga, dan hewan kecil.
Sumber daya seperti benda bekas, mainan tradisional, serta cerita rakyat lokal dapat digunakan untuk memperkaya aktivitas pembelajaran.
Hal ini tidak hanya memperkuat keterkaitan anak dengan lingkungannya, tetapi juga mengembangkan kesadaran budaya sejak dini.
Peran orang tua sangat penting dalam mendukung keberhasilan pembelajaran anak. Modul ajar TK Kurikulum Merdeka idealnya menyediakan ruang komunikasi antara guru dan orang tua.
Guru dapat menyisipkan catatan aktivitas harian atau tugas rumah berbasis pengalaman sederhana seperti membantu memasak, berkebun, atau membaca buku bersama.
Keterlibatan ini menciptakan sinergi antara lingkungan rumah dan sekolah. Dengan begitu, nilai-nilai pendidikan dapat ditanamkan secara konsisten di kedua tempat.
Dalam Kurikulum Merdeka, guru memiliki keleluasaan untuk mengembangkan tema dan subtema yang kontekstual. Beberapa contoh tema dan aktivitas yang dapat dimasukkan dalam modul ajar:
Tema | Subtema | Aktivitas |
---|---|---|
Diri Sendiri | Bagian Tubuh | Menyanyi lagu tubuh, mencocokkan gambar |
Keluargaku | Pekerjaan Orang Tua | Bermain peran, menggambar keluarga |
Lingkunganku | Transportasi | Bermain mobil-mobilan, mengenal rambu lalu lintas |
Pemilihan tema disarankan berdasarkan minat anak dan kondisi lokal agar mereka merasa dekat dengan materi yang diajarkan.
PAUD formal (TK) dan nonformal (KB/TPA) memiliki tujuan pendidikan yang serupa, tetapi karakteristiknya berbeda. Modul ajar untuk TK cenderung lebih terstruktur karena terikat dengan satuan pendidikan yang formal.
Sementara itu, di lembaga nonformal, penyusunan modul bisa lebih fleksibel dan berorientasi pada layanan pengasuhan dan stimulasi perkembangan anak.
Meski begitu, kedua jenis modul tetap mengacu pada capaian pembelajaran yang sama dalam Kurikulum Merdeka, dan sama-sama menekankan prinsip bermain sebagai dasar belajar.
Teknologi memberikan kemudahan dalam merancang, menyusun, dan menyimpan modul ajar. Banyak platform seperti Merdeka Mengajar, Canva for Education, dan Google Docs yang dapat dimanfaatkan guru untuk membuat modul yang menarik secara visual dan mudah dibagikan.
Penggunaan video pembelajaran, audio cerita, hingga lembar kegiatan interaktif juga bisa menjadi bagian dari modul ajar digital.
Namun, penting untuk tetap memperhatikan keseimbangan antara teknologi dan interaksi langsung agar anak tidak kehilangan pengalaman konkret.
Beberapa tantangan yang sering dihadapi guru TK dalam menyusun dan menerapkan modul ajar meliputi keterbatasan waktu, sumber daya, dan pelatihan. Untuk mengatasinya, diperlukan:
Dengan strategi tersebut, guru akan lebih percaya diri dan mampu menghasilkan modul ajar yang relevan dan berkualitas.
Untuk mempermudah guru dalam menyusun modul ajar, berikut ini panduan ringkas yang dapat dijadikan acuan:
Guru juga dapat membuat checklist sebagai alat bantu perencanaan modul setiap tema.
Beberapa sumber yang dapat digunakan untuk menyusun modul ajar antara lain:
Mengakses sumber terpercaya akan memastikan modul ajar yang dibuat sesuai dengan arah kebijakan nasional.
Bagi anda yang kesulitan untuk membuat Modul ajar TK (Taman Kanak-kanak), di sini kami lampirkan filenya dalam benti doc atau PDF, silahkan unduh jika membutuhkan:
DOWNLOAD dalam proses …
Modul Ajar TK Kurikulum Merdeka merupakan alat penting bagi guru dalam merancang pembelajaran yang bermakna, fleksibel, dan kontekstual.
Dengan memahami struktur dan cara penyusunannya, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan mendalam bagi peserta didik.
Dukungan dari kepala sekolah, orang tua, dan pemerintah daerah sangat diperlukan agar guru dapat terus mengembangkan modul ajar secara berkelanjutan.
Ke depan, integrasi teknologi dan penguatan komunitas belajar guru akan menjadi kunci sukses implementasi Kurikulum Merdeka di jenjang pendidikan anak usia dini.
1. Apa perbedaan RPP dengan Modul Ajar di TK?
Modul ajar lebih fleksibel, sederhana, dan disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini, sementara RPP bersifat lebih struktural dan formal.
2. Siapa yang harus menyusun Modul Ajar TK?
Guru TK yang mengajar di kelas tersebut, dengan mempertimbangkan CP, karakteristik peserta didik, dan kondisi lingkungan belajar.
3. Apakah guru wajib menggunakan Modul Ajar dari pemerintah?
Tidak. Guru boleh menyusun modul sendiri atau memodifikasi modul contoh dari pemerintah sesuai kebutuhan lokal.
4. Bagaimana cara menilai hasil belajar anak TK?
Dengan observasi langsung, portofolio karya, catatan harian, dan dokumentasi aktivitas yang menunjukkan perkembangan anak.
5. Apakah Modul Ajar TK bisa dibuat dalam bentuk digital?
Ya, guru dapat menyusun modul ajar digital menggunakan berbagai aplikasi agar lebih interaktif dan mudah dibagikan.
6. Bagaimana jika sekolah tidak memiliki sumber daya yang memadai?
Guru bisa menggunakan sumber daya lokal, alat peraga sederhana, dan berkolaborasi dengan orang tua atau komunitas sekitar.