
mengajarmerdeka.id – Pagi itu, Bu Santi membawa sebuah mangkuk kecil berisi bunga teratai ke dalam kelas 1 SD. Senyumannya hangat, dan anak-anak segera penasaran. “Hari ini kita akan belajar tentang metta atau cinta kasih,” katanya.
Kegiatan yang ia rancang bukan hanya mengajarkan teori, tapi juga membuat siswa merasakan arti cinta kasih melalui permainan, doa, dan berbagi cerita.
Itulah esensi dari deep learning dalam Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti (PABBP): menghubungkan ajaran dengan pengalaman langsung yang membentuk karakter anak.
Deep learning adalah pembelajaran mendalam yang menekankan pemahaman, penghayatan, dan penerapan ajaran dalam kehidupan nyata. Dalam PABBP, ini berarti:
Menurut penelitian Biggs & Tang (2011), pembelajaran yang bermakna dapat meningkatkan retensi hingga 70% lebih lama dibanding pembelajaran hafalan.
Siswa mampu menunjukkan sikap cinta kasih kepada sesama, hewan, dan lingkungan sesuai ajaran Buddha.
Bu Santi bercerita tentang seekor burung kecil yang sakit dan dirawat oleh seorang anak. Anak itu memberi air dan menjaga burung hingga sembuh. Setelah cerita, siswa diminta menceritakan pengalaman membantu orang atau hewan.
Kemudian, mereka membuat gambar tentang hal-hal yang ingin mereka lakukan untuk menunjukkan cinta kasih. Ada yang menggambar memberi makan kucing, membantu ibu di rumah, atau menanam bunga.
Di akhir pelajaran, seluruh kelas mengucapkan Doa Metta Sutta sambil memegang tangan teman di sebelahnya, menandai rasa persaudaraan dan kasih sayang yang mereka pelajari hari itu.
1. Kontekstualisasi
Hubungkan ajaran dengan kehidupan siswa, misalnya rasa peduli pada teman yang sedang sedih.
2. Refleksi
Berikan waktu siswa untuk merenung dan berbagi pengalaman.
3. Kolaborasi
Ajak siswa bekerja sama dalam kegiatan positif seperti membersihkan kelas.
4. Aksi Nyata
Dorong siswa mempraktikkan perilaku metta di rumah dan sekolah.
Hattie (2018) menyatakan bahwa pembelajaran reflektif memiliki efek ukuran 0,79 terhadap hasil belajar di atas rata-rata 0,4. Penelitian Lickona (1991) juga menyebutkan bahwa pendidikan karakter lebih efektif bila siswa dilibatkan dalam praktik langsung.
Kegiatan | Tujuan | Media |
---|---|---|
Cerita “Burung Kecil” | Memahami cinta kasih | Gambar, alat peraga |
Doa Metta Sutta | Menginternalisasi ajaran | Buku doa, lilin |
Menggambar perilaku metta | Mengekspresikan nilai | Kertas, krayon |
Menyanyi lagu kasih sayang | Membangun kebersamaan | Speaker, musik |
Untuk mempermudah pekerjaan anda, di sini kami lampirkan contoh Modul ajar Deep Learning Pendidikan Agama Budha dan BP kelas 1 SD Kurikulum Merdeka. Untuk mendapatkan atau mengunduhnya, silahkan ikuti tautan yang tersedia di bawah ini:
1. Apa bedanya modul ajar biasa dan deep learning?
Modul biasa fokus pada pengetahuan, sedangkan deep learning menekankan pengalaman dan penerapan nilai dalam kehidupan nyata.
2. Apakah metode ini cocok untuk semua siswa kelas 1?
Ya, karena bisa disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.
3. Bagaimana jika ada siswa non-Buddha di kelas?
Fokus pada nilai universal seperti kasih sayang, kebaikan, dan saling membantu.
4. Apakah deep learning memerlukan waktu lebih lama?
Ya, tetapi memberikan dampak lebih mendalam.
5. Bagaimana mengukur keberhasilan modul ini?
Melalui observasi, refleksi siswa, dan portofolio karya.
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti untuk kelas 1 SD adalah sarana membentuk karakter sejak dini. Dengan metode kontekstual, reflektif, kolaboratif, dan berbasis aksi, siswa tidak hanya memahami ajaran, tetapi juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti pengalaman Bu Santi, pembelajaran menjadi momen yang menyentuh hati, membekas di ingatan, dan membentuk kepribadian anak.