mengajarmerdeka.id – Suatu pagi, Bu Rina, guru kelas 2 SD/MI, membuka jendela kelas dan melihat anak-anaknya dengan semangat menghias dinding dengan poster “Sikap rukun dan bergotong-royong”. Ia berpikir: bagaimana caranya supaya pembelajaran PPKn tak sekadar hafalan “hak dan kewajiban”, melainkan pengalaman yang benar-benar melekat di hati anak?
Di sinilah pendekatan Deep Learning hadir sebagai jawaban bukan dalam arti algoritma komputer, tetapi pembelajaran mendalam (deep learning) yang dirancang agar siswa memahami, menerapkan, dan menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut sumber, pendekatan ini menitik-beratkan pada tiga elemen utama: mindful (kesadaran), meaningful (bermakna), dan durable (berkelanjutan)
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, maka perangkat ajar deep learning untuk Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) kelas 2 SD/MI menjadi sangat penting karena fase ini siswa masih dalam tahap membangun dasar sikap, identitas, dan kebersamaan.
Misalnya, modul yang ditemukan untuk PPKn kelas 2 mencakup “hidup rukun dalam perbedaan” dengan kegiatan diskusi, bercerita pengalaman, dan membuat poster.
Untuk mempermudah pekerjaan anda, di sini kami lampirkan contoh Perangkat ajar Deep Learning PPKN untuk Kelas 2 SD/MI Kurikulum Merdeka. Untuk mendapatkan atau mengunduhnya, silahkan ikuti tautan yang tersedia di bawah ini:
Dapatkan juga: Modul Ajar Deep Learning PPKN Kelas 2 SD/MI
Kurikulum Merdeka menekankan kebebasan dan fleksibilitas guru serta peserta didik dalam merancang pengalaman belajar yang relevan dengan konteks dan kebutuhan siswa.
Tujuannya agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi, mandiri, serta memiliki nilai-kewargaan.
Dalam artikel dari Ruangguru dijelaskan bahwa deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman konsep dan eksplorasi secara mendalam.
Pendekatan ini mendorong siswa untuk berproses aktif: menggali, menemukan, menerapkan, dan memaknai sendiri.
Jurnal juga menegaskan bahwa pengembangan Kurikulum Merdeka dengan pendekatan deep learning menunjukkan potensi sinergi yang signifikan dalam meningkatkan kompetensi siswa di sekolah dasar.
Lebih jauh, riset di sekolah dasar menunjukkan bahwa penerapan deep learning menekankan pembelajaran kontekstual yang kreatif untuk siswa SD.
Siswa kelas 2 berada di fase dimana pembentukan karakter dan keterampilan sosial menjadi sangat penting.
Melalui deep learning dalam PPKn, guru tidak hanya menyampaikan konsep “hak dan kewajiban” atau “nilai Pancasila” secara tekstual, tetapi membuat siswa benar-benar mengalami nilai tersebut: rukun, toleran, bergotong-royong dalam mini-komunitas kelas dan lingkungan sekitar.
Modul yang ditemukan memang menargetkan tujuan “menjelaskan, menunjukkan sikap rukun dan menghormati perbedaan”.
Untuk membuat perangkat ajar yang berkualitas sesuai dengan Kurikulum Merdeka dan pendekatan deep learning, berikut adalah kerangka struktur yang bisa diikuti lengkap dengan storytelling agar penyampaian lebih santai tapi tetap profesional.
Di awal modul, guru menjelaskan profil kelas: siswa kelas 2 SD/MI, usia ±7–8 tahun, tingkat pemahaman konsep social & citizenship masih berkembang, lebih senang aktivitas bermain-belajar, membutuhkan konteks nyata.
Contoh narasi: “Bayangkan mereka seperti tukang kebun kecil yang menata kebun kelasnya sendiri; nilai Pancasila menjadi benih yang akan tumbuh bersama mereka.”
Guru menuliskan capaian pembelajaran sesuai Kurikulum Merdeka untuk PPKn kelas 2. Misalnya: peserta didik mampu menunjukkan sikap rukun, toleran, dan menghargai perbedaan di lingkungan sekolah dan rumah. Modul yang ada menyebutkan capaian semacam itu untuk kelas 2.
Materi dapat mencakup: nilai Pancasila sila ke-1 hingga sila ke-5 dalam kehidupan sehari-hari (khususnya penerapan kerukunan & gotong-royong), hak dan kewajiban sederhana anak sebagai warga kelas/sekolah, penghargaan terhadap perbedaan (agama, etnis, hobi) dan kerjasama.
Berikut beberapa aktivitas yang bisa digunakan:
Penilaian tidak hanya lewat tes tertulis, namun melalui observasi sikap kerjasama, penilaian produk (poster), serta refleksi lisan. Ini penting agar pembelajaran mendalam benar-benar “bermakna” dan “berkelanjutan”.
Sumber bisa berupa cerita bergambar, video pendek, poster-contoh, lingkungan sekolah (kegiatan piket, gotong-royong), alat peraga sederhana. Memanfaatkan lingkungan nyata membuat konsep lebih hidup.
Misalnya di kota atau kabupaten, guru bisa meminta siswa mengeksplorasi tradisi gotong-royong lokal, atau menceritakan kegiatan kebersihan lingkungan sekolah bersama orang tua. Hal ini memperkuat “meaningful learning”.
Bayangkan Bu Rina datang ke kelas pada hari Senin pagi. Ia mengajak siswa berdiri dalam lingkaran dan menyampaikan sebuah cerita sederhana: “Di pagi hari, Ani melihat teman yang terjatuh dan membantu mengambilkan buku. Apa yang Ani lakukan?
Ayo kita ceritakan.” Anak-anak antusias berbagi.
Setelah itu, Bu Rina membagi siswa ke dalam kelompok tiga orang. Setiap kelompok diminta menggambar poster dengan tema “Kami Saling Membantu”.
Beberapa siswa memilih menggambar teman yang berbagi minuman, teman yang menemani waktu istirahat, teman yang menjaga giliran bermain. Kemudian tiap kelompok mempresentasikan posternya.
Kemudian kegiatan dilanjutkan ke diskusi: “Bagaimana jika di sekolah ada teman yang berbeda hobi atau berbeda keyakinan? Apa yang bisa kita lakukan supaya tetap rukun?” Anak-anak mengangkat tangan dan berbagi gagasan: saling bertanya, menghormati pilihan teman, bermain bersama meskipun berbeda.
Di akhir pembelajaran, Bu Rina memimpin refleksi: “Nah, kalau kegiatan ini kita lakukan setiap hari, maka kita tidak hanya tahu ‘tidak boleh berkelahi’ atau ‘harus rukun’, tapi kita benar-benar menjadi teman yang peduli.” Siswa menuliskan satu kalimat: “Saya ingin membantu satu teman setiap hari.” Hari berikutnya guru mengamati dan merekam secara sederhana apakah ada perubahan sikap.
Dengan cara ini, modul ajar deep learning untuk PPKn kelas 2 SD/MI menjadi proses yang hidup, bukan hanya lembar kerja atau rangkuman buku. Anak-anak merasakan, mengalami, dan mulai membangun sikap warga yang aktif.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan deep learning dalam pendidikan dasar terbukti meningkatkan kualitas pembelajaran. Misalnya, riset yang memfokuskan pada sekolah dasar menunjukkan bahwa penerapan deep learning menekankan pembelajaran kontekstual, yang relevan untuk PPKn.
Jurnal “Pengembangan Kurikulum Merdeka dengan Pendekatan Deep Learning dalam Meningkatkan Kompetensi Siswa Sekolah Dasar” menyimpulkan bahwa sinergi antara Kurikulum Merdeka dan pendekatan deep learning memiliki potensi signifikan untuk meningkatkan kompetensi siswa.
Penjelasan tiga elemen utama (mindful, meaningful, durable) juga mendukung bahwa pembelajaran tidak hanya berlangsung sesaat, tetapi menghasilkan penghayatan nilai secara mendalam dan tahan lama.
Dengan demikian, perangkat ajar yang dibangun dengan prinsip-prinsip ini memiliki dasar ilmiah yang kuat bukan sekadar tren.
Membangun perangkat ajar deep learning untuk PPKn kelas 2 SD/MI berdasarkan Kurikulum Merdeka adalah kesempatan emas bagi para guru untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna, kontekstual, dan tahan lama.
Melalui struktur modul yang tepat dari capaian pembelajaran, aktivitas mendalam, hingga penilaian yang holistik guru dapat menjadikan nilai-nilai Pancasila bukan hanya konsep di buku, tetapi kehidupan sehari-hari siswa.
Dengan pendekatan mindful, meaningful, durable, siswa akan benar-benar menjadi warga yang peduli dan aktif. Seperti Bu Rina yang membuka jendela kelasnya, kita semua membuka peluang agar anak-anak kita tumbuh tidak hanya pintar, tetapi juga berkarakter dan tanggung jawab. Selamat merancang dan mengajar dengan semangat pembelajaran mendalam!
Semoga artikel ini bermanfaat untuk guru-guru di situs mengajarmerdeka.id dan memberi inspirasi nyata di kelas Anda.
Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com