
mengajarmerdeka.id – Pagi itu, Pak Tjin masuk ke kelas 1 sambil membawa sebuah papan kecil bertuliskan huruf-huruf Mandarin sederhana. Anak-anak memandang penasaran. “Hari ini kita akan belajar tentang Li,” kata Pak Tjin sambil tersenyum.
Li adalah salah satu ajaran inti dalam agama Konghucu yang berarti kesopanan atau tata krama. Namun, Pak Tjin tidak sekadar memberi definisi. Ia mengajak siswa bermain peran, menyapa guru dengan hormat, dan berbagi cerita tentang bagaimana mereka menghormati orang tua di rumah.
Itulah pembelajaran berbasis deep learning: siswa tidak hanya tahu, tetapi juga menghayati dan mempraktikkan nilai yang diajarkan.
Deep learning dalam konteks pendidikan adalah pendekatan pembelajaran yang membuat siswa memahami secara mendalam, menghubungkan dengan kehidupan nyata, dan mampu menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
Dalam Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti (PAKBP), deep learning mengajak siswa untuk:
Menurut penelitian Biggs & Tang (2011), pembelajaran bermakna dapat meningkatkan retensi siswa hingga 70% lebih lama dibanding hafalan.
Siswa mampu memahami dan mempraktikkan perilaku sopan santun kepada orang tua, guru, dan teman sesuai ajaran Konghucu.
Pak Tjin memulai dengan cerita tentang seorang anak bernama Ming yang setiap pagi memberi salam kepada orang tuanya sebelum berangkat sekolah.
Suatu hari, Ming lupa memberi salam dan ibunya terlihat sedih. Ming pun berjanji untuk selalu ingat menyapa dengan hormat.
Setelah cerita, siswa diajak mempraktikkan salam kepada guru dan teman. Mereka berdiri, membungkuk sedikit, dan mengucapkan salam dengan suara lantang. Beberapa siswa tersenyum malu, tapi suasana kelas menjadi hangat.
Di akhir pelajaran, siswa diminta menggambar cara mereka menunjukkan hormat di rumah. Ada yang menggambar membantu ibu di dapur, ada yang menggambar memberi salam kepada ayah.
1. Kontekstualisasi
Menghubungkan ajaran Li dengan situasi sehari-hari di rumah atau sekolah
2. Refleksi
Mengajak siswa menceritakan perasaan ketika menghormati orang tua atau guru
3. Kolaborasi
Melibatkan siswa dalam permainan peran untuk mempraktikkan tata krama
4. Aksi Nyata
Mendorong siswa menerapkan perilaku sopan di luar kelas
Hattie (2018) menunjukkan bahwa pembelajaran reflektif memiliki efek ukuran 0,79 terhadap hasil belajar, jauh di atas rata-rata 0,4. Penelitian Lickona (1991) menegaskan pendidikan karakter lebih efektif ketika siswa terlibat dalam praktik nyata yang berulang.
Kegiatan | Tujuan | Media |
---|---|---|
Cerita “Anak Bernama Ming” | Memahami makna Li | Buku cerita, ilustrasi |
Salam hormat bersama | Menginternalisasi nilai hormat | Ruang kelas |
Menggambar perilaku sopan | Mengekspresikan pemahaman | Kertas, krayon |
Menyanyi lagu hormat | Menguatkan pesan moral | Speaker, musik |
Untuk mempermudah pekerjaan anda, di sini kami lampirkan contoh Modul ajar Deep Learning Pendidikan Agama Konghucu dan BP kelas 1 SD Kurikulum Merdeka. Untuk mendapatkan atau mengunduhnya, silahkan ikuti tautan yang tersedia di bawah ini:
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti untuk kelas 1 SD adalah sarana yang efektif untuk membentuk karakter hormat dan sopan sejak dini.
Dengan metode kontekstual, reflektif, kolaboratif, dan berbasis aksi, siswa tidak hanya mengetahui ajaran, tetapi juga mempraktikkannya setiap hari.
Seperti yang dilakukan Pak Tjin, pembelajaran ini dapat mengubah kelas menjadi ruang yang penuh nilai, hangat, dan membentuk pribadi yang santun.