
mengajarmerdeka.id – Pagi itu, Pak Gede memasuki kelas 1 dengan membawa kotak kecil berisi bunga kamboja, dupa, dan canang sari. Ia tersenyum melihat murid-murid berlarian masuk kelas. “Hari ini kita akan belajar tentang Tri Hita Karana,” ucapnya sambil meletakkan kotak di meja. Anak-anak langsung penasaran, sebagian mendekat ingin mencium wangi dupa.
Inilah awal pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (PAHBP) berbasis deep learning. Bukan sekadar teori, tapi pengalaman yang memadukan indera, rasa, dan refleksi. Pembelajaran seperti ini membuat ajaran Hindu terasa hidup dan relevan bagi anak-anak.
Deep learning di dunia pendidikan berarti pembelajaran mendalam yang mengutamakan pemahaman, penghayatan, dan penerapan nilai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks PAHBP, deep learning berarti:
Menurut penelitian Biggs & Tang (2011), pembelajaran yang bermakna dapat meningkatkan retensi hingga 70% lebih lama dibanding pembelajaran hafalan.
Siswa mampu menunjukkan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui doa, sikap hormat, dan perilaku yang sesuai ajaran Hindu.
Pak Gede memulai pelajaran dengan cerita tentang seorang anak bernama Made yang setiap pagi membantu ibunya menaruh canang sari di pelinggih. Ia bercerita bagaimana Made merasa bahagia melihat bunga dan dupa diiringi doa.
Setelah bercerita, Pak Gede mengajak anak-anak membuat canang sari sederhana. Mereka mengisi daun janur dengan bunga, sambil menyebutkan rasa syukur masing-masing. Ada yang bersyukur atas keluarga, ada yang bersyukur atas hujan, bahkan ada yang bersyukur karena punya teman baru.
Di akhir pelajaran, semua siswa mengucapkan doa bersama dan meletakkan canang sari di altar sekolah. Momen ini membuat mereka merasakan arti syukur, bukan sekadar menghafalnya.
1. Kontekstualisasi
Menghubungkan ajaran dengan pengalaman sehari-hari, seperti berterima kasih saat menerima bantuan.
2. Refleksi
Mengajak siswa menulis atau menggambar hal yang mereka syukuri.
3. Kolaborasi
Mengajak siswa bekerja sama membuat canang sari atau menyanyikan lagu suci.
4. Aksi Nyata
Mendorong siswa menjaga kebersihan lingkungan sebagai wujud Palemahan.
Hattie (2018) menemukan bahwa pembelajaran berbasis refleksi memiliki efek ukuran 0,79 terhadap hasil belajar jauh di atas rata-rata. Lickona (1991) juga menyebutkan bahwa pendidikan karakter lebih efektif bila diintegrasikan dengan praktik nyata.
Kegiatan | Tujuan | Media |
---|---|---|
Cerita “Made dan Canang Sari” | Memahami rasa syukur | Gambar, alat peraga |
Doa bersama | Mengucap syukur | Buku doa, dupa |
Membuat canang sari | Menginternalisasi nilai | Janur, bunga |
Menyanyi lagu rohani | Meningkatkan semangat iman | Speaker, musik |
Untuk mempermudah pekerjaan anda, di sini kami lampirkan contoh Modul ajar Deep Learning Pendidikan Agama Hindu dan BP kelas 1 SD Kurikulum Merdeka. Untuk mendapatkan atau mengunduhnya, silahkan ikuti tautan yang tersedia di bawah ini:
1. Apa bedanya modul ajar biasa dengan deep learning?
Modul biasa berfokus pada pengetahuan, sedangkan deep learning menekankan penghayatan dan penerapan nilai dalam kehidupan sehari-hari.
2. Apakah metode ini cocok untuk semua siswa kelas 1?
Ya, karena dapat disesuaikan dengan kemampuan kognitif dan emosional siswa.
3. Bagaimana jika ada siswa non-Hindu di kelas?
Kegiatan dapat difokuskan pada nilai universal seperti rasa syukur, kebersihan, dan hormat pada sesama.
4. Apakah deep learning memerlukan waktu lebih lama?
Ya, tapi hasilnya lebih mendalam dan tahan lama.
5. Bagaimana mengukur keberhasilan modul ini?
Melalui observasi perilaku, portofolio karya siswa, dan refleksi pribadi.
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk kelas 1 SD mengajak siswa merasakan, menghayati, dan mempraktikkan ajaran Hindu secara nyata.
Dengan metode kontekstual, reflektif, kolaboratif, dan berbasis aksi, pembelajaran menjadi pengalaman yang membentuk karakter sejak dini.
Seperti Pak Gede dan murid-muridnya, kita pun bisa menciptakan kelas yang bukan hanya mengajar, tetapi juga menumbuhkan jiwa.