
mengajarmerdeka.id – Mari kita bayangkan: Bu Ani, guru Bahasa Indonesia di SMP di kota kecil, suatu pagi duduk termenung sambil menyeruput kopi. Ia menatap materi yang harus diajarkan tahun ini: teks laporan hasil observasi, iklan, puisi, hingga pidato.
Ia bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana agar siswa tak cuma hafal, tapi benar-benar memahami dan dapat mengaplikasikannya?”
Dalam perjalanan mencari jawaban, Bu Ani menemukan konsep deep learning atau pembelajaran mendalam bukan istilah dari dunia kecerdasan buatan (meskipun nama yang sama), tapi pendekatan pedagogis yang mengajak siswa untuk berpikir kritis, mengaitkan konsep, dan menerapkan dalam konteks nyata.
Di artikel ini, saya ingin berbagi kisah Bu Ani sebagai kerangka narasi sekaligus panduan praktis agar Anda dapat menyusun perangkat ajar Bahasa Indonesia kelas 8 berbasis deep learning. Kita akan menyelami teori, langkah penyusunan, hingga contoh aktivitas yang bisa Anda praktekkan di kelas.
Untuk mendapatkan Perangkat Ajar Bahasa Indonesia untuk Kelas 8 SMP/MTs Kurikulum Merdeka Deep Learning, silahkan unduh melalui tautan yang kami lampirkan di bawah ini:
Dapatkan juga: Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 8 SMP/MTs
Sebelum menyusun perangkat ajar, penting kita memahami apa yang dimaksud dengan deep learning dalam ranah pendidikan.
Menurut Kementerian, deep learning dalam konteks pendidikan menekankan tiga elemen utama:
Pendekatan ini menolak pembelajaran dangkal (surface learning) yaitu sekadar menjejalkan pengetahuan sebanyak mungkin tanpa pemahaman mendalam.
Perangkat ajar berbasis deep learning mencakup sekumpulan dokumen dan rancangan yang memfasilitasi pembelajaran bermakna. Beberapa komponennya:
Komponen ini disusun sedemikian rupa agar aktivitas di kelas tidak monoton, tetapi memungkinkan siswa menginvestigasi, berdiskusi, mengkaji ulang, dan mempraktikkan sesuai prinsip deep learning.
Bahasa Indonesia kelas 8 menyajikan materi-materi penting seperti teks laporan hasil observasi, iklan & poster, artikel ilmiah populer, puisi, teks pidato, dan analisis karya sastra.
Alasan memilih kelas 8 sebagai fokus:
Dengan perangkat ajar deep learning, kita ingin agar siswa tidak hanya “bisa menulis puisi” atau “bisa memahami teks laporan”, tetapi juga mampu menjelaskan kenapa struktur teks demikian, bagaimana merancang versi yang lebih baik, serta apa dampak atau penggunaan nyata di kehidupan sehari-hari.
Berikut langkah sistematis yang bisa Anda ikuti:
Rumuskan CP yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Misalnya, “siswa mampu menulis teks laporan observasi dengan data nyata dari lingkungan sekolah, merevisi draf berdasarkan umpan balik, dan mempresentasikan hasilnya.” CP ini harus selaras dengan standar Kurikulum Merdeka.
Buat rangka alur kecil yang logis dari tujuan yang lebih sederhana ke lebih kompleks. Contoh:
ATP membantu menjaga kontinuitas pembelajaran agar tidak lompat-lompat.
Modul ajar harus memuat:
Pastikan modul mengandung elemen deep learning seperti refleksi, revisi, dan evaluasi diri.
Gunakan formatif (quiz cepat, peer review, self-assessment) dan sumatif (proyek, presentasi, teks final). Rubrik harus jelas dan mencakup aspek konsep, kualitas tulisan, kreativitas, argumentasi.
Materi pendukung bisa berupa artikel ilmiah populer, video, jurnal lokal, ilustrasi, contoh teks nyata dari media lokal. Bila memungkinkan, gunakan media digital seperti blog kelas atau aplikasi sederhana.
Coba modul dengan beberapa siswa, minta feedback, amati hambatan, dan revisi modul agar lebih mudah digunakan.
Sertakan jurnal mengajar: catat apa yang berjalan lancar, apa hambatan, ide modifikasi ke depan. Ini akan memperkuat elemen durable dalam pengembangan pembelajaran.
Langkah-langkah ini sejalan dengan panduan penyusunan modul ajar deep learning yang banyak direferensikan dalam literatur pendidikan Indonesia.
Untuk memberikan gambaran nyata, berikut alur contoh modul Bahasa Indonesia kelas 8 (materi laporan hasil observasi):
Tahap | Aktivitas | Tujuan Khusus | Penilaian / Refleksi |
---|---|---|---|
Orientasi & motivasi | Guru menunjukkan video atau foto objek sekolah (misal taman sekolah), siswa diminta menuliskan pertanyaan observasi | Menumbuhkan rasa ingin tahu & membuat koneksi awal | Diskusi kelompok, catatan pertanyaan siswa |
Investigasi & pengumpulan data | Siswa berjalan ke lokasi sekolah, mengamati, mencatat data, foto atau menggambar aspek yang diamati | Melatih keterampilan pengamatan & pencatatan | Lempar pertanyaan: “Apa yang menarik?” |
Diskusi & struktur teks | Siswa berbagi data, berdiskusi struktur laporan (judul, deskripsi, simpulan) | Memahami struktur laporan dan mengaitkan data ke bagian tulisan | Peer discussion: setiap siswa presentasikan temuan dan struktur rancangan |
Draf penulisan & umpan balik | Siswa membuat draf laporan, guru/teman memberi umpan balik (kritis dan membangun) | Mengasah kompetensi revisi & refleksi | Umpan balik terstruktur dan catatan revisi |
Finalisasi & publikasi | Siswa merevisi, kemudian mempublikasikan (dipajang di papan kelas, blog kelas, atau presentasi) | Mendorong kepemilikan terhadap karya & berbagi ke publik | Penilaian akhir, presentasi, diskusi hasil |
Refleksi & evaluasi | Siswa menulis refleksi: apa yang mereka pelajari, tantangan, apa yang akan dilakukan berbeda | Menanamkan kesadaran atas proses belajar | Self-assessment + diskusi kelas |
Dengan alur seperti ini, siswa tidak cuma menerima materi, tetapi aktif membangun, menguji, memperbaiki, dan mempublikasikannya khas deep learning.
Tidak semuanya mulus, tentu ada tantangan. Berikut beberapa kendala dan strategi mengatasinya:
1. Terbatasnya akses teknologi & sarana
Solusi: Gunakan metode sederhana (observasi lapangan sekolah), media cetak, diskusi tanpa gadget. Jika ada satu atau dua komputer, boleh dijadikan stasiun untuk penggunaan bersama.
2. Waktu yang terbatas
Solusi: Pilih aktivitas inti dan kurangi beban tugas, integrasikan pembelajaran ke mata pelajaran lain (misalnya, kolaborasi Bahasa Indonesia dengan IPS atau Biologi saat observasi).
3. Guru belum terbiasa
Solusi: Pelatihan internal, kolaborasi antar guru, eksperimen kecil dulu, berbagi modul dan refleksi. Pelatihan seperti “Workshop Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Deep Learning” bisa menjadi sarana memperkuat keterampilan.
4. Resistensi siswa terhadap aktivitas baru
Solusi: Bangun kepercayaan dengan mulai dari aktivitas ringan atau relevan bagi mereka, ajak mereka berdiskusi peran dan tujuan modul.
5. Penilaian yang subjektif
Solusi: Gunakan rubrik jelas dan kriteria eksplisit, gunakan peer-review dan self-assessment agar siswa memahami parameter kualitas.
Kisah Bu Ani mengajak kita bahwa menyusun perangkat ajar bukan sekadar administrasi rutin, melainkan kesempatan untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.
Dengan pendekatan deep learning, perangkat ajar Bahasa Indonesia kelas 8 bisa menjadi wadah bagi siswa menggali, merevisi, menerapkan, dan merefleksikan secara lebih mendalam.
Langkah-langkah yang sistematis mulai dari analisis kebutuhan, perumusan CP & ATP, desain modul ajar, hingga uji coba dan refleksi membantu modul itu menjadi hidup di kelas. Tantangan seperti keterbatasan sarana atau kebiasaan lama bisa diatasi lewat langkah kecil, kolaborasi, dan penerapan strategi adaptif.
Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com