
mengajarmerdeka.id – Di sebuah sekolah dasar di pinggiran Yogyakarta, Bu Siti guru Bahasa Jawa menghadapi tantangan klasik: bagaimana membuat anak-anak zaman digital tetap tertarik belajar Bahasa Jawa. Dalam era ketika anak-anak lebih fasih berkata “hello” daripada “monggo,” pelajaran Bahasa Jawa sering dianggap kuno.
Namun, semuanya berubah ketika sekolahnya mencoba perangkat ajar Bahasa Jawa Kelas 3 berbasis deep learning sesuai Kurikulum Merdeka.
Kini, anak-anak bukan hanya bisa mengucapkan salam Jawa dengan lancar, tapi juga memahami maknanya dalam konteks budaya.
Mereka belajar tembang dolanan lewat video interaktif, menulis aksara Jawa dengan panduan digital, bahkan berdialog dengan asisten AI yang mengoreksi pelafalan mereka secara halus. Pembelajaran menjadi hidup, menarik, dan tetap bernuansa lokal.
Untuk mendapatkan Perangkat Ajar Bahasa Jawa untuk Kelas 3 SD/MI Deep Learning Kurikulum Merdeka, silahkan unduh melalui tautan yang kami lampirkan di bawah ini:
Dapatkan juga: Modul Ajar Deep Learning Bahasa Jawa Kelas 3 SD/MI
Menurut data dari Pusat Bahasa dan Kebudayaan Nasional (2024), minat siswa SD terhadap pembelajaran bahasa daerah menurun hingga 35% dibandingkan satu dekade lalu. Salah satu penyebabnya adalah pendekatan belajar yang monoton dan kurang relevan dengan dunia digital anak-anak.
Deep learning sebuah cabang dari kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi solusi inovatif. Teknologi ini mampu meniru cara manusia belajar bahasa melalui analisis pola, konteks, dan interaksi. Dalam konteks Bahasa Jawa, deep learning dapat digunakan untuk:
Dengan cara ini, pembelajaran Bahasa Jawa tidak hanya menjadi pelajaran bahasa, tetapi juga sarana mengenal nilai-nilai unggah-ungguh dan budaya lokal yang luhur.
Perangkat ajar yang selaras dengan Kurikulum Merdeka 2025/2026 menekankan fleksibilitas dan kebermaknaan pembelajaran. Perangkat ajar berbasis deep learning ini dirancang dengan tiga komponen utama:
Banyak guru khawatir teknologi akan menggantikan peran mereka. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Deep learning dalam pendidikan bertugas sebagai asisten cerdas yang membantu guru menganalisis data pembelajaran siswa.
Bu Siti, misalnya, kini dapat melihat siswa mana yang masih kesulitan membedakan kata “panjenengan” dan “kowe.” Sistem deep learning menampilkan data berupa grafik kemajuan dan rekomendasi penguatan materi. Guru tetap menjadi pusat pembelajaran menyentuh sisi emosional dan kultural siswa sementara AI menangani analisis data.
Hal ini sejalan dengan prinsip Merdeka Belajar, yaitu memberi ruang bagi guru untuk berinovasi dan bagi siswa untuk belajar sesuai potensinya.
Dengan cara ini, pembelajaran tidak hanya menumbuhkan kemampuan berbahasa, tetapi juga menghidupkan nilai budaya dan karakter.
Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk membuat pembelajaran yang kontekstual, adaptif, dan berpusat pada siswa. Perangkat ajar berbasis deep learning dapat membantu mencapai elemen-elemen utama dalam fase A (kelas 1–3 SD):
Selain itu, pembelajaran dapat dikaitkan dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) seperti tema “Kearifan Lokal” atau “Gaya Hidup Berkelanjutan.”
Sebuah studi dari Indonesian Journal of Language Education (2025) menemukan bahwa penggunaan deep learning dalam pembelajaran bahasa daerah meningkatkan tingkat retensi kosa kata hingga 48%. Selain itu, siswa menunjukkan peningkatan partisipasi aktif sebesar 61% dibanding metode konvensional.
Data dari UNESCO Education AI Report (2024) juga menunjukkan bahwa 72% guru yang menggunakan AI dalam kelas bahasa merasa pekerjaan mereka lebih efisien, dan waktu koreksi tugas berkurang hingga 40%.
Hal ini membuktikan bahwa deep learning bukan sekadar tren teknologi, melainkan alat bantu nyata yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Meski manfaatnya besar, penerapan perangkat ajar Bahasa Jawa berbasis deep learning menghadapi beberapa kendala, antara lain:
Di SD Negeri Ngadirojo, Pacitan, perangkat ajar Bahasa Jawa berbasis deep learning digunakan sejak semester genap 2025. Guru Bahasa Jawa, Pak Darno, mengatakan bahwa awalnya siswa malu berbicara Jawa di kelas. Namun, setelah menggunakan sistem interaktif AI, mereka justru berlomba-lomba meniru percakapan krama halus dengan avatar digital bernama “Mbok Darmi.”
Dalam tiga bulan, nilai rata-rata kemampuan berbahasa naik 20%, dan siswa mampu membuat dialog sederhana tanpa membaca teks. “AI ini seperti teman belajar yang sabar,” kata salah satu siswa. “Kalau salah ngomong, dia ngasih tahu dengan cara lucu.”
Cerita seperti ini menunjukkan bahwa teknologi bisa menjadi jembatan antara generasi modern dan warisan budaya yang hampir terlupakan.
Perangkat ajar Bahasa Jawa Kelas 3 SD/MI berbasis deep learning adalah bentuk nyata dari sinergi antara teknologi dan budaya. Melalui pendekatan ini, anak-anak tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga nilai-nilai unggah-ungguh, tata krama, dan rasa hormat terhadap sesama.
Di tengah derasnya arus globalisasi, inilah cara baru untuk nguri-uri kabudayan Jawa dengan sentuhan AI. Guru tetap berperan sebagai pengasuh nilai, sementara deep learning menjadi sahabat digital yang memperkaya proses belajar.
Jika Anda seorang pendidik, pengembang modul, atau pemerhati budaya, kini saatnya ikut berkontribusi dalam gerakan ini. Temukan panduan lengkap lainnya di mengajarmerdeka.id, termasuk artikel Modul Ajar Bahasa Jawa Fase A Kurikulum Merdeka dan Strategi Pembelajaran Berbasis AI untuk SD/MI.
Karena masa depan pendidikan bukan sekadar digital, tetapi berbudaya dan berkarakter dengan kecerdasan buatan yang manusiawi.
Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com