
mengajarmerdeka.id – Bayangkan seorang guru Bahasa Indonesia di SMA (sebut saja Ibu Sari) yang tengah menyiapkan perangkat ajar untuk kelas 11. Ia ingin tidak hanya mengajar teks eksposisi atau cerpen secara “permukaan”, tapi supaya siswa benar-benar memahami, meresapi, dan bisa menerapkan konsep sastra, retorika, atau kebahasaan dalam konteks nyata.
Ibu Sari membaca tentang “deep learning” sebagai pendekatan dalam pendidikan bukan AI, melainkan cara agar pembelajaran lebih bermakna, reflektif, dan menyenangkan. Ia pun mulai merancang perangkat ajar Bahasa Indonesia kelas 11 yang mengadopsi prinsip deep learning.
Artikel ini akan ikut “bercerita” bersama Ibu Sari: bagaimana menyusun perangkat ajar Bahasa Indonesia kelas 11 berdasarkan deep learning, apa saja komponennya, bagaimana langkah praktisnya, berbagai tantangan dan solusinya.
Untuk mendapatkan Perangkat Ajar Bahasa Indonesia untuk Kelas 11 SMA/MA Kurikulum Merdeka Deep Learning, silahkan unduh melalui tautan yang kami lampirkan di bawah ini:
Dapatkan juga: Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 11 SMA/MA
Saat pertama kali mendengar “deep learning”, banyak orang langsung berpikir tentang kecerdasan buatan dan neural network.
Namun dalam konteks pendidikan di Indonesia, istilah deep learning merujuk pada pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, keterkaitan antar konsep, dan penggunaan pengetahuan dalam situasi nyata.
Elemen kunci deep learning dalam pembelajaran:
Penelitian “Implementation of Deep Learning Approach in Indonesian Education” menyebut bahwa pendekatan ini diadopsi dalam Kurikulum Merdeka untuk menciptakan pembelajaran yang lebih mendalam dan bermakna.
Juga, artikel “Can Deep Learning Provide Solutions to The Challenges of 21st-Century Education in Indonesia?” menyoroti bahwa deep learning memiliki potensi memperkuat kompetensi abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
Jadi, perangkat ajar deep learning bukan sekadar materi “lebih dalam”, melainkan perubahan paradigma dari belajar hafal menjadi belajar makna.
Beberapa alasan mengapa perangkat ajar deep learning ini sangat relevan:
Berikut susunan modul perangkat ajar yang bisa diadaptasi oleh guru:
Komponen | Deskripsi Singkat |
---|---|
Capaian Pembelajaran (CP) | Sasaran kompetensi kelas 11, misalnya: menganalisis wacana nasional, penulisan argumentatif, literasi media |
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) | Urutan tujuan pembelajaran dari awal ke akhir modul |
Modul Ajar | Materi, aktivitas, bahan pendukung, panduan guru |
LKPD & Lembar Refleksi | Latihan siswa, tantangan berpikir, refleksi diri |
Asesmen Formatif | Evaluasi perkembangan selama proses (kuis, diskusi, peer review) |
Asesmen Sumatif | Tugas akhir, proyek, presentasi, portofolio |
Rubrik Penilaian & Kriteria Keberhasilan | Penilaian yang jelas dan transparan |
Pemetaan Profil Pelajar Pancasila | Integrasi karakter dan nilai Pancasila |
Pengayaan atau Remedial | Opsi untuk siswa yang cepat atau membutuhkan bantuan |
Contoh: dalam modul tentang teks argumentatif, CP bisa mencakup “menganalisis argumentasi dalam isu kontemporer”, ATP memetakan langkah: memahami jenis argumen → mengkaji contoh teks → praktik menulis → peer feedback → refleksi → revisi.
Berikut langkah yang bisa diikuti:
1. Identifikasi tema relevan dan kontekstual
Pilih tema yang dekat dengan dunia siswa (misal: media sosial, budaya lokal, isu lingkungan) agar meaningful learning.
2. Kembangkan pertanyaan mendalam (driving questions)
Misalnya: “Bagaimana media sosial membentuk opini publik melalui retorika bahasa?” Pertanyaan semacam ini memicu penyelidikan dan diskusi.
3. Desain aktivitas yang memicu berpikir
Gunakan strategi seperti diskusi panel, debat kelas, analisis wacana terkini, studi kasus media, pembuatan podcast atau blog.
4. Integrasikan modul scaffolded
Berikan “bantuan” berupa panduan langkah-langkah, pertanyaan pendorong, peta konsep, contoh model.
5. Gunakan asesmen autentik dan refleksi
Misalnya: siswa membuat artikel opini untuk media sekolah, lalu mempresentasikan di forum kelas, kemudian merefleksikan prosesnya.
6. Sertakan rubrik dan kriteria jelas
Rubrik yang menyebut aspek ide, struktur, bahasa, gaya, kreativitas, dan refleksi.
7. Evaluasi dan revisi modul
Setelah uji coba di kelas, kumpulkan masukan siswa dan perbaiki modul agar lebih efektif.
Sebagai gambaran, modul bisa dirancang sebagai berikut:
Dengan modul semacam itu, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengalami proses berpikir, revisi, dan publikasi itulah deep learning dalam praktik.
Tantangan 1: Keterbatasan waktu dan beban kurikulum
Solusi: potong konten superfluous, fokus pada inti konsep, integrasikan materi yang sudah ada agar tidak “tambah beban”.
Tantangan 2: kesiapan guru (literasi pedagogis)
Penelitian menunjukkan kendala kesiapan guru di daerah pedesaan dalam menerapkan deep learning.
Solusi: pelatihan berkala, komunitas belajar guru, mentor literasi pedagogis.
Tantangan 3: infrastruktur dan akses teknologi
Banyak sekolah belum punya fasilitas memadai.
Solusi: modul fleksibel (versi offline & digital), penggunaan sumber lokal (koran, majalah), media sederhana (whiteboard, kartu).
Tantangan 4: resistensi terhadap perubahan
Guru atau sekolah yang sudah nyaman dengan bahan lama mungkin enggan bereksperimen.
Solusi: uji coba bertahap, tunjuk guru pionir sebagai contoh, dokumentasi keberhasilan kecil sebagai bukti.
Tantangan 5: penilaian objektif
Jika rubrik kurang jelas, penilaian bisa bias.
Solusi: rubrik detail, peer assessment, self assessment, diskusi rubrik di kelas agar siswa “mengerti” kriteria.
Kurikulum Merdeka mendorong kebebasan guru merancang pembelajaran sesuai konteks sekolah. Perangkat ajar deep learning sangat cocok dijadikan template yang fleksibel: guru dapat menyesuaikan tema, durasi, atau kegiatan.
Menurut pojoksekolah.com, perangkat ajar deep learning untuk SMA (kelas 10, 11, 12) mencakup CP, ATP, modul lengkap, LKPD, rubrik, pemetaan Profil Pelajar Pancasila, dan asesmen formatif & sumatif.
Dengan menggabungkan visi Kurikulum Merdeka dan prinsip deep learning, guru bisa menciptakan atmosfer belajar yang lebih hidup dan relevan.
Dari riset-riset ini kita belajar bahwa perangkat ajar deep learning tidak bisa berjalan sendiri ia butuh dukungan sistem, pelatihan guru, dan kolaborasi.
Cerita Ibu Sari tadi berakhir dengan kebahagiaan: modul yang ia susun diuji coba di kelas 11, siswa mengerjakan proyek opini media, mendebat argumen, mempresentasikan, lalu refleksi. Hasilnya, keterlibatan meningkat, siswa berdiskusi lebih mendalam, dan kualitas tulisan mereka melesat dibanding tahun sebelumnya.
Jika Anda seorang guru Bahasa Indonesia kelas 11 yang ingin menciptakan perangkat ajar deep learning:
Artikel ini juga bisa menjadi referensi internal di situs Anda (misalnya: “panduan perangkat ajar deep learning”, “contoh modul Bahasa Indonesia kelas 11”).
Semoga artikel ini membantu Anda menyusun perangkat ajar Bahasa Indonesia kelas 11 yang kuat, bermakna, dan relevan dengan zaman. Jika Anda ingin contoh modul jadi atau template perangkat ajar, tinggal bilang saya siap bantu!
Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com