Perangkat Ajar Bahasa Inggris Kelas 1 SD/MI Deep Learning

mengajarmerdeka.id – Bayangkan seorang guru bernama Bu Sari yang mengajar Bahasa Inggris kepada murid kelas 1 SD. Saat pertama kali membuka kelas, ia ingin anak-anak tak hanya menghafal kata “apple”, “cat”, atau “how are you?”, melainkan agar mereka benar-benar memahami, mengaitkan, dan mengaplikasikan kosakata dan ekspresi itu dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Ia ingin agar perangkat ajarnya tak sekadar “lembar kerja” atau “modul”, melainkan sebuah alat pembelajaran mendalam (deep learning) yang mengajak murid berpikir, berinteraksi, dan memproyeksikan diri sebagai pengguna bahasa Inggris kecil.

Dalam artikel ini, kita akan berjalan bersama Bu Sari secara cerita sekaligus analisis: bagaimana merancang perangkat ajar Bahasa Inggris untuk kelas 1 SD/MI yang menerapkan prinsip deep learning.

Download Perangkat Ajar Bahasa Inggris Kelas 1 SD/MI Deep Learning

Untuk mendapatkan Perangkat Ajar Bahasa Inggris untuk Kelas 1 SD/MI Kurikulum Merdeka Deep Learning, silahkan unduh melalui tautan yang kami lampirkan di bawah ini:

Dapatkan juga: Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 1 SD/MI Deep Learning

Apa itu Deep Learning dalam konteks pendidikan?

Pengertian dan tujuan

“Deep learning” dalam pendidikan (kadang disebut deeper learning) berbeda dari “deep learning” dalam kecerdasan buatan.

Dalam konteks pembelajaran, ia menekankan pemahaman konsep yang mendalam, penerapan pengetahuan dalam situasi baru, berpikir kritis, kolaborasi, dan refleksi diri. Lebih dari sekadar hafalan atau pengulangan.

Sebuah studi terhadap guru Bahasa Inggris di sekolah dasar di Norwegia menunjukkan bahwa guru mengaplikasikan deep learning lewat tema lintas disiplin, asesmen formatif, serta praktik multibahasa. Prinsip ini menuntut perangkat ajar yang fleksibel, kontekstual, dan menantang murid untuk berpikir di luar kotak.

Dalam konteks SD/MI kelas 1, deep learning berarti:

  • mengenalkan kosa kata dan ungkapan sederhana melalui kegiatan yang bermakna (misalnya dialog mini, permainan, aktivitas lokal),
  • mengaitkan dengan pengalaman dunia nyata anak,
  • membuat proses refleksi sederhana: “kenapa kita mengatakan ‘I have an apple’, bukan ‘I having apple’?”
  • dan memfasilitasi transfer: “besok kamu pergi ke warung, bisa nggak kamu sebutkan satu benda di sana dalam bahasa Inggris?”

Manfaat dalam pembelajaran Bahasa Inggris dasar

Berikut beberapa manfaat menerapkan prinsip deep learning dalam perangkat ajar:

  1. Meningkatkan retensi jangka panjang: siswa yang memahami konteks dan makna lebih cenderung mengingat kosakata dibanding sekadar menghafal.
  2. Mendorong keterampilan berpikir kritis: anak ditantang untuk menghubungkan kata baru dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki.
  3. Memfasilitasi transfer pengetahuan: kosakata dan pola kalimat tidak hanya di kelas, tapi bisa digunakan dalam situasi nyata (contoh: menyebutkan benda di rumah, bertanya “How are you?” kepada teman baru).
  4. Memberi ruang bagi asesmen formatif: guru memantau bagaimana murid berkembang, memberi umpan balik cepat, dan memodifikasi materi jika perlu.

Konsep deeper learning ini juga sering dibahas dalam tulisan pendidikan modern sebagai cara agar siswa “belajar untuk memahami, bukan sekadar mengulang”.

Komponen-komponen Perangkat Ajar Bahasa Inggris Kelas 1 SD/MI dengan Pendekatan Deep Learning

Untuk membangun perangkat ajar yang mendukung deep learning, guru perlu menyiapkan elemen-elemen berikut (berdasarkan format perangkat IKM di Kurikulum Merdeka):

  1. Buku Mata Pelajaran
  2. Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
  3. Modul Ajar
  4. Program Tahunan (Prota)
  5. Program Semester (Promes / Prosem)
  6. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
  7. Capaian Pembelajaran (CP)
  8. Jurnal Harian / Jurnal Pembelajaran
  9. Jadwal Pelajaran
  10. Kalender Pendidikan
  11. Rincian Pekan Efektif

Namun agar perangkat ini “deep learning–friendly”, kita perlu memperkuat beberapa bagian utama: ATP, modul ajar, dan jurnal/refleksi. Mari kita buka satu per satu melalui cerita Bu Sari.

Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang mendalam

ATP bukan sekadar daftar target “siswa bisa menyebutkan 10 kata benda”, tetapi rangkaian alur berpikir yang menghubungkan kompetensi awal kegiatan pembelajaran dan hasil konkret yang bisa diamati. Dalam pendekatan deep learning, ATP perlu memiliki:

  • Level scaffold: dari pengenalan (misalnya “mendengarkan dan mengucapkan”) → pengembangan (“menggunakan dalam dialog”) → aplikasi (“menggunakan dalam kegiatan nyata atau proyek mini”).
  • Keterhubungan antar unit atau tema (misalnya unit “My Family” dihubungkan dengan unit “My Classroom” melalui tema “people I know”).
  • Ruang untuk refleksi sederhana: murid diajak berpikir, “Apa yang saya dapat hari ini?” atau guru bertanya, “Mengapa ungkapan ‘I have a book’ lebih tepat?”

ATP juga menyertakan indikator ketercapaian yang menunjukkan tidak sekadar kuantitas (misalnya menyebut 5 kata) melainkan kualitas (misalnya menyebutkan kata + kalimat sederhana + menjawab pertanyaan berbasis konteks).

Modul Ajar yang mendukung aktivitas bermakna

Modul ajar menjadi “jantung” perangkat. Di sinilah guru menyusun skenario pembelajaran yang memicu deep learning. Beberapa praktik yang bisa disertakan:

  • Permainan (games) berbasis komunikasi: seperti matching cards, role-play mini, circle talk, untuk memperkenalkan dan menggunakan kosa kata.
  • Proyek mini sederhana: misalnya siswa membawa benda dari rumah, lalu menyebut dan mendeskripsikannya dalam bahasa Inggris (My favorite toy, I have a book, dsb).
  • Dialog atau percakapan mini: siswa berpasangan saling menanyakan “How are you?” atau “What is this?” sambil menunjuk objek nyata.
  • Refleksi dan log pembelajaran: di akhir sesi, siswa menulis atau menggambar “hal baru yang saya pelajari hari ini” atau “hal yang masih saya ingat”.

Sebagai contoh konkret, modul ajar bahasa Inggris kelas 1 SD mengangkat tema “How Are You?” dalam semester 1, dengan kegiatan mendengarkan, menirukan, dan bermain peran sederhana.

Di semester 2, modul bisa membahas kata “have / has” dalam konteks benda milik (I have two pencils) dan kegiatan survei sederhana di kelas.

Modul juga harus memuat alternatif pengayaan (untuk siswa yang cepat) dan remedial (untuk yang butuh pengulangan), agar setiap anak bisa “melangkah” sesuai kemampuannya.

Jurnal / refleksi harian sebagai lanjutan deep learning

Dalam pembelajaran yang mendalam, guru dan murid perlu melakukan refleksi: bagaimana proses belajar berjalan, hambatan apa yang muncul, dan rencana perbaikan. Jurnal harian bisa berupa:

  • Guru mencatat catatan tentang respons siswa, kata-kata yang sulit, atau momen-momen menarik.
  • Siswa menuliskan satu kalimat atau menggambar hal yang mereka ingat atau belum jelas.
  • Penilaian formatif: guru bisa memberi umpan balik singkat berdasarkan jurnal siswa dan menyesuaikan materi berikutnya.

Dengan cara ini, perangkat ajar tidak statis melainkan evolutif terus diperbaiki berdasarkan pengalaman kelas.

Prota, Promes, KKTP dan CP yang terhubung

Semua elemen administratif lainnya (Prota, Promes, KKTP, CP) harus disusun agar saling mendukung:

  • CP (Capaian Pembelajaran) di tiap fase menyertakan aspek keterampilan mendengar, berbicara, membaca (sederhana), menulis (sederhana), dan sikap komunikatif.
  • KKTP harus dirinci dalam level misalnya “mengucapkan greeting minimal 80% siswa”, “menggunakan dialog mini kelompok kecil”.
  • Prota dan Promes menyusun tema, alokasi waktu, dan hubungan antar unit agar pembelajaran dapat terstruktur tetapi fleksibel.

Dengan pengaturan seperti itu, guru seperti Bu Sari dapat merujuk Prota/Promes saat menyusun modul agar setiap satuan waktu benar-benar menyumbang ke capaian yang mendalam.

Proses Langkah demi Langkah: bagaimana Bu Sari menyusun perangkat

Berikut alur tindakan yang bisa diikuti oleh guru seperti Bu Sari:

  1. Analisis karakteristik siswa
    Mulai dari observasi: usia, latar belakang, minat siswa. Misalnya, banyak siswa tertarik kepada benda di kelas atau hewan peliharaan → tema bisa disesuaikan.
  2. Menentukan tema dan unit
    Untuk satu semester, pilih sekitar 5–7 tema yang sesuai dengan dunia anak (contoh: My Family, My Classroom, Fruits, Colors, Simple Action Verbs). Dalam sumber modul kurikulum Merdeka, modul Bahasa Inggris kelas 1 fase A mencakup tema seperti How are you?, pengenalan angka, buah-buahan, bentuk, dsb.
  3. Merancang ATP dan indikator capaian
    Mulai dari aktivitas pengenalan → dialog mini → aplikasi mini proyek → refleksi sederhana.
  4. Menyusun modul ajar per unit
    Setiap modul unit mencakup:
    • Pertanyaan pemantik (misalnya: “What fruit do you like?”)
    • Kegiatan inti (listening, repeating, pair talk, role-play, drawing, matching)
    • Tugas proyek mini (membawa buah, menyebut benda rumah)
    • Penilaian formatif (kuis kecil, observasi)
    • Refleksi harian
  5. Menyiapkan jurnal/refleksi serta evaluasi
    Guru dan murid mencatat catatan kecil, memberi umpan balik, dan meneruskan perbaikan ke unit berikutnya.
  6. Sinkronisasi dengan Prota/Promes dan jadwal efektif
    Pastikan alokasi waktu memungkinkan kegiatan interaktif, tidak over-pengejaran materi.
  7. Uji coba dan revisi
    Setelah modul diuji di kelas, guru mengumpulkan feedback dari murid (secara sederhana: “apa yang paling seru?”, “apa yang susah?”) dan memperbaiki modul di periode berikutnya.

Dengan tahapan ini, perangkat ajar menjadi hidup, fleksibel, dan terus diperbaiki demi mendukung pembelajaran mendalam.

Tantangan dan solusi nyata di lapangan

Tantangan 1: Waktu terbatas dan beban administrasi

Banyak guru merasa perangkat ajar dengan pendekatan deep learning memakan waktu lebih banyak dibanding modul tradisional. Untuk mengatasi ini:

  • Gunakan template siap pakai sebagai kerangka modul (guru tinggal isi konten).
  • Terapkan perangkat ajar modular: modul modular kecil, bukan modul panjang sekali jalan.
  • Bekerjasama antar guru (tim tematik) untuk berdiskusi dan saling tukar modul.

Tantangan 2: Perbedaan kemampuan siswa

Dalam satu kelas, ada siswa yang cepat menyerap dan ada yang lambat. Solusinya:

  • Sertakan materi pengayaan dan remedial dalam modul.
  • Gunakan kelompok heterogen agar siswa dapat belajar dari teman.
  • Gunakan media visual/riil (gambar, benda, flashcards) agar lebih kontekstual.

Tantangan 3: Kurangnya literatur deep learning di konteks SD Indonesia

Studi yang mengkaji praktik deep learning di kelas Bahasa Inggris SD masih terbatas. Salah satu studi di Norwegia mengungkap bahwa pemahaman guru tentang deep learning bervariasi dan implementasinya pun tidak konsisten.

Untuk konteks Indonesia, guru dapat berkolaborasi, membuat dokumentasi praktik baik, dan membagikan pengalaman melalui platform seperti mengajarmerdeka.id untuk memperkaya literatur lokal.

Contoh “unit mini” modul ajar – tema “How Are You?”

Mari kita masuk ke salah satu unit sebagai ilustrasi:

Unit 1: How Are You?

  • Pertanyaan pemantik: “How do you feel today?” → murid menunjuk emosi (happy, sad, tired) dengan kartu gambar.
  • Kegiatan:
    1. Listening & repeating: guru menyebutkan “I am happy / sad / tired”, murid mendengarkan dan mengulangi.
    2. Pair talk: murid berpasangan saling bertanya “How are you?” dan menjawab “I am happy / sad”.
    3. Matching cards: kartu emosi digambar, murid menarik garis ke ekspresi kata.
    4. Mini project: murid menggambar wajah sesuai bagaimana perasaan mereka hari itu lalu menyebutkan kalimat “I am …”.
  • Refleksi: murid menuliskan (atau guru mencatat) satu kalimat yang paling mereka ingat dan tantangan yang mereka rasakan.
  • Penilaian formatif: guru memeriksa apakah tiap murid dapat menjawab “How are you?” dan menanggapi dengan jawaban yang tepat.

Modul semacam ini dapat ditemui dalam modul ajar Bahasa Inggris kelas 1 SD fase A dalam Kurikulum Merdeka.

Perangkat ajar Bahasa Inggris kelas 1 SD/MI yang menerapkan pendekatan deep learning bukanlah sekadar modul biasa. Ia adalah alat yang mengajak siswa berpikir, berinteraksi, dan mengaitkan bahasa Inggris ke pengalaman mereka sehari-hari.

Dengan menyusun ATP yang scaffold, modul ajar berisi kegiatan bermakna, jurnal refleksi, dan sinkronisasi dengan Prota/Promes serta kapasitas guru yang terus berkembang, kita bisa menciptakan pembelajaran yang lebih “hidup”.

Untuk guru seperti Bu Sari, langkah selanjutnya: mulai dari unit pertama (misalnya “How Are You?”), uji coba kecil, catat refleksi, revisi modul, dan berbagi praktik baik dengan kolega.

Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com

Mungkin Anda juga menyukai

MengajarMerdeka.id adalah platform informasi dan referensi bagi guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Dapatkan modul pembelajaran, panduan, dan sumber daya pendidikan lengkap untuk meningkatkan efektivitas pengajaran di kelas.