
mengajarmerdeka.id – Bayangkan seorang guru bernama Bu Sari yang mengajar Bahasa Inggris kepada murid kelas 1 SD. Saat pertama kali membuka kelas, ia ingin anak-anak tak hanya menghafal kata “apple”, “cat”, atau “how are you?”, melainkan agar mereka benar-benar memahami, mengaitkan, dan mengaplikasikan kosakata dan ekspresi itu dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Ia ingin agar perangkat ajarnya tak sekadar “lembar kerja” atau “modul”, melainkan sebuah alat pembelajaran mendalam (deep learning) yang mengajak murid berpikir, berinteraksi, dan memproyeksikan diri sebagai pengguna bahasa Inggris kecil.
Dalam artikel ini, kita akan berjalan bersama Bu Sari secara cerita sekaligus analisis: bagaimana merancang perangkat ajar Bahasa Inggris untuk kelas 1 SD/MI yang menerapkan prinsip deep learning.
Untuk mendapatkan Perangkat Ajar Bahasa Inggris untuk Kelas 1 SD/MI Kurikulum Merdeka Deep Learning, silahkan unduh melalui tautan yang kami lampirkan di bawah ini:
Dapatkan juga: Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 1 SD/MI Deep Learning
“Deep learning” dalam pendidikan (kadang disebut deeper learning) berbeda dari “deep learning” dalam kecerdasan buatan.
Dalam konteks pembelajaran, ia menekankan pemahaman konsep yang mendalam, penerapan pengetahuan dalam situasi baru, berpikir kritis, kolaborasi, dan refleksi diri. Lebih dari sekadar hafalan atau pengulangan.
Sebuah studi terhadap guru Bahasa Inggris di sekolah dasar di Norwegia menunjukkan bahwa guru mengaplikasikan deep learning lewat tema lintas disiplin, asesmen formatif, serta praktik multibahasa. Prinsip ini menuntut perangkat ajar yang fleksibel, kontekstual, dan menantang murid untuk berpikir di luar kotak.
Dalam konteks SD/MI kelas 1, deep learning berarti:
Berikut beberapa manfaat menerapkan prinsip deep learning dalam perangkat ajar:
Konsep deeper learning ini juga sering dibahas dalam tulisan pendidikan modern sebagai cara agar siswa “belajar untuk memahami, bukan sekadar mengulang”.
Untuk membangun perangkat ajar yang mendukung deep learning, guru perlu menyiapkan elemen-elemen berikut (berdasarkan format perangkat IKM di Kurikulum Merdeka):
Namun agar perangkat ini “deep learning–friendly”, kita perlu memperkuat beberapa bagian utama: ATP, modul ajar, dan jurnal/refleksi. Mari kita buka satu per satu melalui cerita Bu Sari.
ATP bukan sekadar daftar target “siswa bisa menyebutkan 10 kata benda”, tetapi rangkaian alur berpikir yang menghubungkan kompetensi awal kegiatan pembelajaran dan hasil konkret yang bisa diamati. Dalam pendekatan deep learning, ATP perlu memiliki:
ATP juga menyertakan indikator ketercapaian yang menunjukkan tidak sekadar kuantitas (misalnya menyebut 5 kata) melainkan kualitas (misalnya menyebutkan kata + kalimat sederhana + menjawab pertanyaan berbasis konteks).
Modul ajar menjadi “jantung” perangkat. Di sinilah guru menyusun skenario pembelajaran yang memicu deep learning. Beberapa praktik yang bisa disertakan:
Sebagai contoh konkret, modul ajar bahasa Inggris kelas 1 SD mengangkat tema “How Are You?” dalam semester 1, dengan kegiatan mendengarkan, menirukan, dan bermain peran sederhana.
Di semester 2, modul bisa membahas kata “have / has” dalam konteks benda milik (I have two pencils) dan kegiatan survei sederhana di kelas.
Modul juga harus memuat alternatif pengayaan (untuk siswa yang cepat) dan remedial (untuk yang butuh pengulangan), agar setiap anak bisa “melangkah” sesuai kemampuannya.
Dalam pembelajaran yang mendalam, guru dan murid perlu melakukan refleksi: bagaimana proses belajar berjalan, hambatan apa yang muncul, dan rencana perbaikan. Jurnal harian bisa berupa:
Dengan cara ini, perangkat ajar tidak statis melainkan evolutif terus diperbaiki berdasarkan pengalaman kelas.
Semua elemen administratif lainnya (Prota, Promes, KKTP, CP) harus disusun agar saling mendukung:
Dengan pengaturan seperti itu, guru seperti Bu Sari dapat merujuk Prota/Promes saat menyusun modul agar setiap satuan waktu benar-benar menyumbang ke capaian yang mendalam.
Berikut alur tindakan yang bisa diikuti oleh guru seperti Bu Sari:
Dengan tahapan ini, perangkat ajar menjadi hidup, fleksibel, dan terus diperbaiki demi mendukung pembelajaran mendalam.
Banyak guru merasa perangkat ajar dengan pendekatan deep learning memakan waktu lebih banyak dibanding modul tradisional. Untuk mengatasi ini:
Dalam satu kelas, ada siswa yang cepat menyerap dan ada yang lambat. Solusinya:
Studi yang mengkaji praktik deep learning di kelas Bahasa Inggris SD masih terbatas. Salah satu studi di Norwegia mengungkap bahwa pemahaman guru tentang deep learning bervariasi dan implementasinya pun tidak konsisten.
Untuk konteks Indonesia, guru dapat berkolaborasi, membuat dokumentasi praktik baik, dan membagikan pengalaman melalui platform seperti mengajarmerdeka.id untuk memperkaya literatur lokal.
Mari kita masuk ke salah satu unit sebagai ilustrasi:
Unit 1: How Are You?
Modul semacam ini dapat ditemui dalam modul ajar Bahasa Inggris kelas 1 SD fase A dalam Kurikulum Merdeka.
Perangkat ajar Bahasa Inggris kelas 1 SD/MI yang menerapkan pendekatan deep learning bukanlah sekadar modul biasa. Ia adalah alat yang mengajak siswa berpikir, berinteraksi, dan mengaitkan bahasa Inggris ke pengalaman mereka sehari-hari.
Dengan menyusun ATP yang scaffold, modul ajar berisi kegiatan bermakna, jurnal refleksi, dan sinkronisasi dengan Prota/Promes serta kapasitas guru yang terus berkembang, kita bisa menciptakan pembelajaran yang lebih “hidup”.
Untuk guru seperti Bu Sari, langkah selanjutnya: mulai dari unit pertama (misalnya “How Are You?”), uji coba kecil, catat refleksi, revisi modul, dan berbagi praktik baik dengan kolega.
Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com