
mengajarmerdeka.id – Pagi itu, Pak Arif masuk ke kelas 2 SD dengan membawa sebuah buku cerita bergambar. Anak-anak langsung duduk rapi karena tahu akan ada cerita menarik. “Hari ini kita akan belajar tentang kejujuran,” katanya sambil membuka halaman pertama. Dari wajah anak-anak terlihat antusias.
Pak Arif tahu bahwa anak-anak di usia 7–8 tahun sedang berada di masa emas pembentukan karakter. Itulah mengapa ia menggunakan pendekatan deep learning dalam modul ajar Pendidikan Agama, agar nilai moral tidak hanya dihafalkan, tapi juga dihidupi.
Deep learning dalam konteks pendidikan bukanlah teknologi AI, melainkan pembelajaran mendalam. Modul ajar berbasis deep learning membantu siswa:
Menurut penelitian Biggs & Tang (2011), pembelajaran bermakna meningkatkan daya ingat siswa hingga 70% lebih lama dibanding hafalan tradisional.
Siswa mampu menunjukkan sikap jujur dan bertanggung jawab dalam kegiatan sehari-hari sesuai ajaran agamanya.
Dalam cerita bergambar, seorang anak bernama Bima menemukan uang di halaman sekolah. Bima kebingungan, tetapi akhirnya memutuskan menyerahkan uang itu kepada guru. Guru memuji Bima atas kejujurannya.
Setelah cerita, Pak Arif bertanya, “Kalau kalian jadi Bima, apa yang akan kalian lakukan?” Anak-anak berebut menjawab. Ada yang berkata akan menyimpan, ada yang berkata menyerahkan. Diskusi ini membuka ruang refleksi, bukan sekadar jawaban benar atau salah.
Kemudian, siswa diminta menggambar situasi di mana mereka bisa berlaku jujur. Ada yang menggambar mengembalikan pensil teman, ada yang menggambar membantu ibu di rumah. Aktivitas sederhana ini membuat nilai kejujuran lebih membekas.
1. Kontekstualisasi
Guru mengaitkan nilai agama dengan situasi sehari-hari, misalnya berkata jujur saat ditanya orang tua.
2. Refleksi
Guru memberi waktu anak-anak merenung dan menulis pengalaman jujur mereka.
3. H3 Kolaborasi
Siswa diajak kerja kelompok untuk memainkan drama pendek tentang kejujuran.
4. Aksi Nyata
Siswa dipandu untuk mempraktikkan kejujuran, misalnya dengan mengembalikan barang pinjaman tepat waktu.
Menurut Hattie (2018), pembelajaran reflektif memiliki efek ukuran 0,79 terhadap hasil belajar, jauh di atas rata-rata 0,4.
Penelitian Lickona (1991) juga menunjukkan bahwa pendidikan karakter lebih berhasil jika siswa terlibat dalam praktik nyata, bukan hanya teori.
Kegiatan | Tujuan | Media |
---|---|---|
Storytelling kisah Bima | Memahami makna kejujuran | Buku cerita bergambar |
Diskusi reflektif | Menghubungkan nilai dengan pengalaman | Pertanyaan panduan |
Menggambar sikap jujur | Mengekspresikan pemahaman | Kertas, krayon |
Drama kelompok | Melatih kerja sama dan kejujuran | Alat peraga sederhana |
Untuk mempermudah pekerjaan anda, di sini kami lampirkan contoh Modul ajar PA dan BP kelas 2 SD Kurikulum Merdeka. Untuk mendapatkan atau mengunduhnya, silahkan ikuti tautan yang tersedia di bawah ini:
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Agama kelas 2 SD/MI adalah cara efektif membentuk karakter sejak dini. Dengan strategi kontekstual, reflektif, kolaboratif, dan berbasis aksi, siswa tidak hanya tahu nilai agama, tetapi juga menghidupinya.
Kisah sederhana Bima yang jujur mengajarkan bahwa nilai kecil bisa berdampak besar jika dipraktikkan terus menerus. Inilah tujuan utama pendidikan agama: membentuk manusia yang berkarakter kuat, bukan sekadar cerdas secara akademik.