
mengajarmerdeka.id – Kurikulum Merdeka merupakan pendekatan pembelajaran terbaru yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai respons atas kebutuhan pendidikan yang lebih fleksibel, adaptif, dan berpusat pada peserta didik.
Latar belakang munculnya kurikulum ini dilandasi oleh dinamika global, revolusi industri 4.0, dan kebutuhan pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman.
Konsep “merdeka” dalam konteks ini berarti memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada satuan pendidikan dan guru untuk merancang pembelajaran sesuai karakteristik dan kebutuhan murid, tanpa kehilangan arah dari capaian yang ditetapkan secara nasional.
Kurikulum ini dibangun di atas prinsip pembelajaran yang menyenangkan, relevan, dan mendalam. Tiga prinsip utama yang melandasi kurikulum ini meliputi:
Berbasis kompetensi, bukan hanya konten
Fleksibel dan kontekstual
Mendorong partisipasi aktif dan refleksi murid
Pendekatan ini memungkinkan guru untuk menjadi penggerak pembelajaran, bukan sekadar penyampai materi.
Kurikulum Merdeka bertujuan membentuk pelajar yang kompeten, berkarakter kuat, dan siap menghadapi tantangan abad ke-21.
Dengan pendekatan diferensiasi, kurikulum ini memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan potensi uniknya masing-masing. Manfaat yang dirasakan antara lain:
Pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan
Peningkatan motivasi dan keterlibatan siswa
Pembentukan karakter melalui Profil Pelajar Pancasila
Kurikulum Merdeka memiliki struktur yang disederhanakan, namun tetap mempertahankan kualitas pembelajaran. Elemen penting di dalamnya adalah capaian pembelajaran, alur tujuan pembelajaran, dan modul ajar.
Capaian Pembelajaran (CP) menjadi acuan utama dalam menyusun kegiatan belajar. CP mencerminkan kompetensi yang diharapkan tercapai pada setiap fase perkembangan siswa, menggantikan kerangka Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di kurikulum sebelumnya.
ATP berfungsi sebagai jembatan antara CP dan kegiatan belajar konkret. Modul ajar, yang bisa dibuat oleh guru atau diakses dari Platform Merdeka Mengajar, menjadi panduan praktis dalam merancang pengalaman belajar yang utuh dan terukur.
Kurikulum Merdeka berbeda secara mendasar dari Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Darurat. Beberapa perbedaan mencolok terlihat pada:
Kurikulum Merdeka mengedepankan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dan berbasis proyek. Penilaian tidak lagi berfokus pada angka semata, melainkan pada proses belajar yang dilalui peserta didik, termasuk asesmen diagnostik, formatif, dan sumatif.
Guru memegang peran sentral dalam keberhasilan implementasi kurikulum ini. Mereka diharapkan menjadi pembelajar sepanjang hayat, kolaborator, sekaligus inovator.
Guru bukan lagi satu-satunya sumber informasi, melainkan fasilitator yang mengarahkan murid menggali pengetahuan secara aktif, kritis, dan kolaboratif.
Platform Merdeka Mengajar menyediakan berbagai sumber belajar, pelatihan mandiri, serta komunitas berbagi praktik baik. Guru dapat menggunakan aplikasi ini sebagai pendukung dalam merancang dan mengevaluasi pembelajaran.
Penerapan Kurikulum Merdeka tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, melainkan kolaborasi seluruh warga sekolah.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan sekolah meliputi:
Pelatihan guru secara berkelanjutan
Penyesuaian jadwal dan beban belajar
Penguatan komunitas belajar guru (KLG)
Sekolah perlu membangun budaya yang mendukung nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, seperti gotong royong, kemandirian, dan integritas melalui kegiatan kokurikuler dan proyek penguatan karakter.
Asesmen menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran. Dalam Kurikulum Merdeka, asesmen dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa, memantau perkembangan, serta memastikan capaian kompetensi.
Asesmen diagnostik dilakukan di awal untuk pemetaan kebutuhan belajar.
Asesmen formatif memandu proses belajar.
Asesmen sumatif dilakukan untuk menilai hasil akhir pembelajaran.
Beberapa tantangan seperti keterbatasan SDM, infrastruktur, dan resistensi perubahan perlu diantisipasi dengan pendekatan solutif:
Pendampingan intensif dari Dinas Pendidikan
Kolaborasi antar sekolah
Penyediaan pelatihan berbasis praktik baik
Kemendikbudristek memberikan dukungan melalui kebijakan afirmatif, penyediaan anggaran BOS, serta perluasan program Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak.
Orang tua dapat berkontribusi dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung di rumah, memahami capaian pembelajaran anak, serta menjalin komunikasi aktif dengan pihak sekolah.
Di beberapa sekolah pilot, implementasi kurikulum ini menunjukkan hasil positif berupa peningkatan kreativitas, partisipasi siswa, dan keterlibatan orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka layak untuk diterapkan lebih luas.
Guru dan sekolah dapat mengakses berbagai sumber di antaranya:
Platform Merdeka Mengajar
Modul pelatihan dari Balai Guru Penggerak
Forum komunitas pembelajaran
Dengan Kurikulum Merdeka, masa depan pendidikan Indonesia diharapkan lebih humanis, relevan, dan menjawab tantangan zaman. Pendidikan bukan hanya tentang menguasai pengetahuan, tapi juga membentuk karakter dan keterampilan hidup yang utuh.
Apa itu Kurikulum Merdeka?
Kurikulum Merdeka adalah pendekatan pembelajaran fleksibel yang berpusat pada siswa dengan fokus pada kompetensi dan karakter.
Siapa yang dapat menerapkan Kurikulum Merdeka?
Semua satuan pendidikan dari PAUD hingga SMA/SMK, baik negeri maupun swasta, dapat menerapkannya secara bertahap.
Apakah modul ajar harus dibuat sendiri?
Tidak. Guru bisa menggunakan atau memodifikasi modul ajar dari Platform Merdeka Mengajar.
Bagaimana cara sekolah memulai implementasi?
Dengan mendaftar melalui jalur mandiri atau mengikuti program Sekolah Penggerak yang disediakan Kemendikbudristek.
Apa peran guru penggerak dalam Kurikulum Merdeka?
Sebagai pemimpin pembelajaran yang menjadi penggerak perubahan di lingkungan sekolah.
Apakah Kurikulum Merdeka menggantikan Kurikulum 2013?
Ya, namun penerapannya bersifat bertahap dan fleksibel sesuai kesiapan sekolah.
Panduan Kurikulum Merdeka ini menunjukkan bahwa perubahan kurikulum bukan sekadar administratif, tetapi transformasi menyeluruh dalam cara mendidik anak bangsa.
Dengan kolaborasi semua pihak guru, sekolah, orang tua, dan pemerintah pembelajaran yang bermakna, adaptif, dan membangun karakter dapat terwujud secara nyata.