
mengajarmerdeka.id – Mengajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI dan BP) di kelas 9 bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga membantu siswa memahami nilai-nilai Islam secara mendalam.
Di era Kurikulum Merdeka, guru dituntut untuk menghadirkan pembelajaran berbasis deep learning yang mampu mengasah nalar kritis, karakter, serta keterampilan sosial siswa.
Dalam artikel ini kita akan membahas secara tuntas bagaimana merancang modul ajar deep learning untuk PAI dan BP kelas 9.
Kita akan mengupas mulai dari struktur modul ajar, prinsip pembelajaran, contoh aktivitas menarik, hingga tips evaluasi yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP/MTs.
Untuk mempermudah pekerjaan anda, di sini kami lampirkan contoh Modul ajar Deep Learning PAI dan BP untuk kelas 9 SMP/MTs Kurikulum Merdeka. Untuk mendapatkan atau mengunduhnya, silahkan ikuti tautan yang tersedia di bawah ini:
SEMESTER 1
SEMESTER 2
Deep learning bukan hanya istilah di dunia teknologi kecerdasan buatan. Dalam pendidikan, deep learning berarti menciptakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk berpikir kritis, merefleksi nilai, dan menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut penelitian dari Hattie (2020), pembelajaran mendalam meningkatkan keterlibatan siswa hingga 45% lebih tinggi dibandingkan pembelajaran permukaan (surface learning).
Untuk mata pelajaran PAI dan BP, ini sangat penting karena tujuan utamanya adalah pembentukan akhlak dan karakter, bukan sekadar hafalan.
Sebuah modul ajar deep learning yang baik sebaiknya mengandung beberapa komponen penting berikut:
Tuliskan nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, dan alokasi waktu. Contoh:
Gunakan CP dari Kurikulum Merdeka. Misalnya:
Siswa mampu memahami nilai-nilai akhlak mulia, mengamalkan ibadah wajib dan sunnah, serta meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
Gunakan kalimat aktif dan terukur. Contoh:
Hubungkan dengan elemen Profil Pelajar Pancasila seperti berakhlak mulia, gotong royong, dan bernalar kritis. Ini membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai Islam sekaligus karakter kebangsaan.
Materi dapat meliputi:
Inilah jantung dari modul ajar deep learning. Aktivitas harus mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
Guru memutar video tentang pentingnya saling menghormati. Siswa diminta menulis jurnal refleksi: Bagaimana sikap saya jika ada teman yang berbeda pendapat?
Guru memberikan kasus tentang siswa yang mencontek saat ujian. Siswa bekerja dalam kelompok mencari solusi berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadis.
Siswa membuat kampanye poster digital tentang pentingnya shalat berjamaah di masjid. Poster dipajang di mading sekolah atau dibagikan di media sosial sekolah.
Siswa memerankan situasi sehari-hari seperti bertamu atau berdagang. Mereka mempraktikkan adab yang sesuai ajaran Islam.
Menggunakan aplikasi seperti Quizizz atau Kahoot untuk menguji pemahaman siswa. Ini meningkatkan keterlibatan sekaligus mengukur penguasaan materi secara real time.
Penilaian dalam pembelajaran deep learning harus autentik. Artinya, guru tidak hanya menilai pengetahuan kognitif tetapi juga sikap dan keterampilan.
Penilaian formatif sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan agar guru mengetahui perkembangan karakter siswa.
Agar modul ajar lebih menarik, guru bisa memanfaatkan teknologi digital. Beberapa ide:
Teknologi membantu menciptakan pembelajaran yang kontekstual dan sesuai gaya belajar generasi Z.
Berikut contoh alur modul ajar 2 pertemuan:
Dengan struktur seperti ini, siswa tidak hanya paham konsep tetapi juga mengalaminya secara nyata.
Deep learning menjadi efektif ketika siswa bisa mengaitkan pelajaran dengan pengalaman sehari-hari. Misalnya, saat membahas kejujuran, guru bisa mengajak siswa menceritakan pengalaman jujur atau tidak jujur yang pernah dialami dan bagaimana perasaannya.
Mengaitkan materi dengan kehidupan nyata membuat siswa lebih mudah menginternalisasi nilai. Ini sesuai dengan prinsip pembelajaran kontekstual dalam Kurikulum Merdeka.
Modul ajar deep learning PAI dan BP kelas 9 SMP/MTs adalah panduan praktis bagi guru untuk menghadirkan pembelajaran bermakna.
Dengan memadukan capaian pembelajaran, aktivitas reflektif, penilaian autentik, dan teknologi digital, guru bisa membantu siswa memahami nilai-nilai Islam secara mendalam.
Guru adalah fasilitator yang mengarahkan, bukan sekadar pemberi informasi. Dengan modul ajar yang dirancang baik, siswa akan tumbuh menjadi pribadi berakhlak mulia dan mampu menghadapi tantangan zaman.