
mengajarmerdeka.id – Bayangkan seorang guru kelas 4 SD yang ingin mengajarkan materi Bahasa Indonesia, tetapi bukan sekadar membaca teks atau menulis karangan. Guru itu ingin membuat siswanya benar-benar memahami makna, berpikir kritis, dan menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata. Nah, inilah alasan mengapa modul ajar deep learning hadir dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka.
Modul ajar ini tidak hanya sekadar rencana mengajar, melainkan sebuah panduan yang membantu guru membangun pengalaman belajar mendalam, kontekstual, dan berkelanjutan.
Artikel ini akan membahas secara detail bagaimana modul ajar deep learning Bahasa Indonesia kelas 4 SD/MI dapat dirancang, diterapkan, dan diintegrasikan dalam praktik sehari-hari.
Modul ajar adalah perangkat ajar yang lebih fleksibel daripada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Deep learning di sini bukan teknologi kecerdasan buatan, melainkan pendekatan pembelajaran mendalam.
Artinya, siswa tidak hanya sekadar menghafal informasi, tetapi juga memahami konsep, menghubungkan ide, dan mampu menggunakan pengetahuan dalam situasi nyata.
Misalnya, saat mempelajari teks narasi, siswa tidak hanya diminta menceritakan ulang, tetapi juga menganalisis alur cerita, menemukan nilai moral, dan mengaitkannya dengan pengalaman hidup mereka.
Agar selaras dengan Kurikulum Merdeka, modul ajar Bahasa Indonesia berbasis deep learning biasanya mencakup beberapa komponen utama:
Berisi informasi dasar seperti:
Mengacu pada dokumen resmi Kurikulum Merdeka, capaian pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 4 meliputi:
Tujuan ditulis lebih spesifik, misalnya:
Deep learning dihubungkan dengan penguatan karakter. Contoh relevansi:
Materi Bahasa Indonesia kelas 4 berbasis teks, seperti:
Deep learning membutuhkan strategi aktif, misalnya:
Asesmen harus autentik, tidak hanya pilihan ganda. Bentuknya bisa berupa:
Agar modul ajar deep learning berjalan efektif, guru dapat menerapkan beberapa strategi berikut:
Misalnya, guru memilih cerita rakyat dari daerah setempat. Hal ini membuat siswa merasa lebih terhubung secara emosional dan budaya.
Guru bisa memanfaatkan video pendek atau aplikasi membaca digital. Dengan begitu, siswa tidak hanya membaca teks, tetapi juga melihat visualisasi cerita.
Alih-alih hanya bertanya “Siapa tokoh utama?”, guru dapat mengajukan pertanyaan seperti:
Misalnya, setelah membaca cerita rakyat, guru Seni Budaya bisa meminta siswa menggambar adegan cerita, sementara guru PPKn mengaitkan nilai moral cerita dengan sikap di sekolah.
Agar lebih konkret, berikut contoh alur 2 pertemuan:
Tentu saja, deep learning di kelas 4 bukan tanpa tantangan. Beberapa kendala umum antara lain:
Namun, dengan kreativitas guru, kendala tersebut bisa diatasi melalui pendekatan diferensiasi, pemanfaatan media sederhana, dan penyesuaian alur kegiatan.
Jika diterapkan dengan baik, manfaat yang didapat antara lain:
Untuk mempermudah pekerjaan anda, di sini kami lampirkan contoh Modul ajar Deep Learning Bahasa Indonesia untuk Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka. Untuk mendapatkan atau mengunduhnya, silahkan ikuti tautan yang tersedia di bawah ini:
SEMESTER 1
SEMESTER 2
Apa perbedaan modul ajar biasa dengan deep learning?
Modul ajar biasa fokus pada aktivitas dasar, sementara deep learning menekankan pada pemahaman mendalam, analisis, dan penerapan dalam kehidupan nyata.
Apakah modul ajar ini wajib digunakan?
Ya, Kurikulum Merdeka mendorong penggunaan modul ajar, tetapi guru bebas menyesuaikan sesuai kondisi sekolah.
Bagaimana cara membuat modul ajar yang menarik?
Gunakan cerita kontekstual, aktivitas kreatif, dan integrasikan teknologi agar siswa lebih terlibat.
Apakah bisa digabung dengan project based learning?
Bisa. Misalnya, siswa membuat buku cerita rakyat versi mereka sendiri sebagai proyek akhir.
Bagaimana cara menilai hasil belajar siswa?
Selain tes tertulis, gunakan penilaian otentik seperti observasi, presentasi, dan produk karya.
Modul ajar deep learning Bahasa Indonesia kelas 4 SD/MI merupakan salah satu strategi untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih bermakna.
Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami teks, tetapi juga mampu berpikir kritis, kreatif, dan memiliki kepekaan terhadap nilai budaya serta moral.
Guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan pengalaman belajar interaktif, kolaboratif, dan kontekstual. Dengan modul ajar ini, harapannya siswa tidak hanya pintar membaca dan menulis, tetapi juga mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat.