
mengajarmerdeka.id – Pendidikan di Indonesia tengah mengalami transformasi besar melalui penerapan Kurikulum Merdeka. Salah satu komponen penting dalam kurikulum ini adalah P5 atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
P5 bukan sekadar pelengkap pembelajaran, melainkan sarana untuk membentuk karakter siswa yang sesuai dengan nilai-nilai dasar bangsa.
P5 mengajak peserta didik untuk memecahkan masalah nyata melalui pendekatan lintas disiplin. Proyek ini memberikan ruang kepada siswa untuk mengalami proses belajar yang bermakna, kontekstual, dan reflektif.
P5 tidak hanya menekankan capaian kognitif, tetapi juga pembentukan sikap dan perilaku sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
P5 bertujuan untuk membentuk siswa yang mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, beriman, dan berkebinekaan global.
Melalui proyek-proyek nyata, siswa diajak mengenali isu lingkungan, sosial, hingga budaya di sekitar mereka dan berupaya mencari solusi.
Salah satu kekuatan P5 adalah pendekatannya yang kontekstual. Guru dan sekolah memiliki keleluasaan untuk merancang proyek yang sesuai dengan karakteristik daerah, kebutuhan siswa, dan ketersediaan sumber daya. Hal ini memungkinkan pembelajaran lebih bermakna dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
P5 memberi ruang bagi kolaborasi antara guru lintas mata pelajaran. Dengan pendekatan tematik, guru dapat saling bekerja sama menyusun proyek terpadu yang memperkaya pengalaman belajar siswa.
Siswa menjadi aktor utama dalam proses belajar. Mereka diajak menyusun rencana, melaksanakan proyek, dan melakukan refleksi terhadap pengalaman yang mereka peroleh.
P5 menekankan keterkaitan antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Setiap proyek dirancang berdasarkan isu nyata yang relevan dengan kehidupan siswa.
Seluruh warga sekolah, termasuk guru, siswa, orang tua, dan masyarakat, didorong untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan proyek.
Proyek dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah. Sekolah dapat memilih tema dan waktu pelaksanaan sesuai kebutuhan, termasuk menyesuaikan untuk siswa berkebutuhan khusus.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan panduan tema yang dapat dipilih oleh sekolah. Beberapa di antaranya adalah:
Setiap tema dapat dikembangkan menjadi proyek nyata sesuai konteks sekolah dan daerah masing-masing.
Sebelum merancang proyek, guru dan tim sekolah perlu melakukan pemetaan terhadap potensi, tantangan, dan kebutuhan lokal. Hal ini membantu proyek menjadi lebih relevan dan berdampak.
Modul proyek berisi alur kegiatan, tujuan pembelajaran, indikator, dan penilaian. Modul ini menjadi panduan utama selama pelaksanaan P5.
Siswa melaksanakan proyek secara berkelompok atau individu, tergantung pada desain proyek. Proses dan hasil proyek didokumentasikan sebagai bagian dari asesmen formatif.
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi proses belajar. Presentasi hasil proyek dapat dilakukan dalam bentuk pameran, video, poster, atau media lainnya.
Guru bukan lagi satu-satunya sumber informasi, melainkan fasilitator yang membimbing siswa dalam proses belajar. Guru membantu siswa merancang proyek, memberi arahan saat diperlukan, dan mendorong refleksi kritis terhadap pengalaman belajar mereka.
Penilaian dalam P5 bersifat formatif dan menekankan pada proses. Aspek yang dinilai meliputi:
Hasil penilaian menjadi bahan refleksi untuk guru dan siswa dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Beberapa sekolah menghadapi tantangan dalam pelaksanaan P5, seperti keterbatasan waktu, SDM, dan pemahaman konsep.
Solusinya adalah dengan meningkatkan kolaborasi antar guru, melakukan pelatihan berkelanjutan, serta melibatkan komunitas sebagai sumber daya belajar.
P5 menjadi jembatan untuk menginternalisasi nilai-nilai dalam Profil Pelajar Pancasila. Setiap proyek dirancang agar siswa mengembangkan minimal dua dimensi dari enam dimensi Profil Pelajar Pancasila.
P5 bukan berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian integral dari Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP).
Oleh karena itu, sekolah perlu mengintegrasikan P5 dalam visi, misi, strategi pembelajaran, dan perencanaan tahunan.
Untuk menjalankan P5 secara optimal, sekolah memerlukan:
P5 dapat diperkuat melalui pendekatan inkuiri dan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics), yang memungkinkan siswa berpikir kritis, mengeksplorasi solusi, dan menciptakan produk nyata.
Keterlibatan orang tua dan masyarakat memperkaya pelaksanaan proyek. Mereka dapat menjadi narasumber, fasilitator, atau mitra kegiatan.
Pemanfaatan teknologi seperti platform daring, media sosial, dan alat kolaborasi digital dapat membantu dokumentasi proyek, kolaborasi, dan publikasi hasil karya siswa.
P5 dalam Kurikulum Merdeka merupakan strategi kunci untuk membentuk pelajar Indonesia yang berkarakter dan siap menghadapi tantangan global.
Dengan pendekatan yang fleksibel, kontekstual, dan kolaboratif, P5 memberikan ruang aktualisasi diri bagi siswa, guru, dan sekolah secara menyeluruh.
1. Apa perbedaan P5 dengan pelajaran biasa?
P5 berfokus pada proyek lintas disiplin berbasis isu nyata, sedangkan pelajaran biasa lebih berbasis mata pelajaran spesifik.
2. Apakah P5 wajib dilaksanakan oleh semua sekolah?
Ya, P5 adalah bagian dari Kurikulum Merdeka dan wajib diterapkan oleh sekolah yang mengadopsi kurikulum ini.
3. Apakah P5 hanya untuk jenjang tertentu?
P5 diterapkan mulai dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK, dengan pendekatan yang disesuaikan.
4. Bagaimana cara guru menilai hasil proyek P5?
Penilaian lebih menekankan pada proses pembelajaran dan kompetensi yang dikembangkan, bukan hanya hasil akhir.
5. Apakah siswa harus bekerja dalam kelompok?
P5 dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, tergantung pada desain proyek dan kebutuhan siswa.
6. Apakah ada bantuan atau modul resmi dari pemerintah?
Ya, Kemendikbud telah menyediakan panduan dan modul P5 yang dapat diakses di situs resmi mereka.